Jajan apa di Jogya?

Lima hari di jogya

(19-23 Agustus 2019)

Yang paling di damba jajan pecel yang jualannya si mbok trus pake bakul gitu. Tapi, liburan kali ini aku belum menemukannya. Entah ngumpet dimana itu si mbok.

Jadi dah jajan apa dong?

Kopi klotok

Pulang dari MGM (museum gunung semeru), ponakan ku yang sedang kuliah di UGM dan yang siap siaga mengantarkan kami jika tidak ada jadwal kuliah membelokan mobil nya ke jalan sempit dimana di belokan jalan terdapat penunjuk jalan bertuliskan kopi klotok.

Ngopi dulu, teu! Serunya. Aku makin tertarik saat dia merekomendasikan tempat ini sedang menjadi tempat kekinian sebagai tempat nongkrong anak muda di jogya dan para turis lokal yang sedang berkunjung ke jogya.

Eitss benar saja apa kata ponakanku, di tempat parkir yg seadanya, sudah berjejer mobil mobil juga di jalanan menuju kopi klotok. Begitu aku berjalan menuju tempat tersebut dan melihat tempatnya, aku kian terpana melihat penampilan nya. Jangan berharap kalian akan melihat tempat makan mewah yang modern, yang kesohorannya telah memanggil para pecinta kuliner dari pelosok dunia (ya ya terlalu hiperbola sih😁).

Tempatnya adalah rumah sederhana khas jogya yang tua dan antik. Melihat ini semua, aku makin penasaran untuk merasuk ke dalam, ponakan ku mengarahkanku untuk berbaris di antrian yg panjang, ini prasmanan teu, kata ponakanku menjelaskan.Tiba giliran kami menyendokan nasi ke piring, sang ponakan memperingatkan Luc untuk mengingat makanan yg dia taruh di piring, gunanya untuk menghitung saat pembayaran nanti. Aku tertawa pelan sambil berkata pasti inget lah, karena menu yg tersedia tak banyak pilihan nya.

Sementara si kembar menolak untuk ikut makan saat melihat menu yang tersaji.

Selesai melewati fase pengambilan nasi dilanjutkan fase pencarian tempat duduk. Ini yg agak susah apalagi buat aku yang pertama kali kesana. Akhirnya kami mendarat di selembar tikar, tentu saja meneer Luc kesulitan saat aku harus bersila.

Peluh bercucuran saat dia menyantap nasi yg bermenu sayur lodeh, tahu goreng dan telur dadar yang mirip telor ceplok. Aku dan dia sama sama kepedasan akibat sayur lodeh yang dimasak ala rumah an ternyata pedas sekali sehingga sambal rawit merah yang aku serta kan di piring tak aku sentuh. Sungguh pemandangan yang memilukan melihat Luc tersiksa seperti itu sementara air minum yang kami pesan tak kunjung tiba juga. Sementara kami berdua tak kuasa menghabiskan makanan kami, ponakan ku dengan gilang gemilang makan dengan nikmatnya sementung nasi berlauk telor dan tahu goreng.

Saat aku membayar apa yang kami makan, di lorong menuju pintu keluar kulihat beberapa pigira bertanda tangan artis terkenal diantaranya Meriam Bellina. Oh ya, saat kami makan aku melihat sosok cantik semampai bersama seorang pria yang tak kalah ‘menggiurkannya’ dengan sang wanita. Apakah sang wanita itu Luna M? Aha, sayangnya aku bukan lambe lambe yang ada di medsos untuk mencari tau.

Je Jamuran

Tak sengaja aku melihatnya saat kami pulang dari arah Magelang menuju hotel di Jogya. Dan kami sungguh bersyukur bisa mampir kesana. Makanannya cocok di lidah ku dan aku adalah penggemar jamur. Semua makanan yang ada disana hampir semuanya mengandung unsur jamur, bahkan es cendol yang di pesan Luc sekali pun.

Disana kami memesan paket menu 1, paket ini diperuntukan untuk 4 orang, walau pun kami datang berlima (bersama Sopir) tapi toh paket yang untuk 4 orang tersebut tak seluruhnya mampu kami habis kan, mungkin krn si kembar hanya makan nasi saja dan kerupuk hihihi, sehingga menu yang tersedia tak habis.

Nuansa rumah makan nya pun cukup nyaman, ada sinden yang nenyanyi diiringi gamelan Jawa. Seperti biasanya Luc selalu terpana melihat mereka yang memainkan musik tradisional Indonesia.

Lumpia Samijaya

Adanya di trotoar malioboro dan sepertinya terkenal dikalangan orang lokal yang tinggal disana.

Penampilannya mirip lumpia semarang tapi lumpia yang ini bukan berisi rebung namun berisi irisan bengkuang. Harga satuannya 5000 sedangkan yang special (diisi telur puyuh) seharga 6000.

Jika kita membeli minimal 10 biji untuk dibawa pulang maka lumpia yg telah digoreng itu akan dimasukan ke besek bambu, berpenampilan tradisional dan tentunya ramah lingkungan.

7 thoughts on “Jajan apa di Jogya?

  1. Baca tulisanmu jam 8 malam langsung nelangsa karena makan malam pake salad haha. Yang, Jejamuran itu favoritku! Setiap ditugaskan ke Jogja dulu, selalu makan di sana. Waktu kami bulan madu ke Jogja, Jejamuran salah satunya yang aku bangga2kan ke Ewald. Dia suka juga dan terpana dengan harganya. 5 tahun lalu, makan lengkap sampai nambah2 dan nambah minum pun, berdua hanya 60rb. Dia terpana, bagaimana bisa makanan sebegitu banyaknya hanya €4 😅

Leave a reply to zilko Cancel reply