Is everyone a toxic?

Saat makan malam beberapa hari yang lalu, Cinta melemparkan obrolan bahwa sejatinya tiap orang adalah racun.

Ya bunda, hampir semua orang adalah toxic hanya kadar besar kecilnya yang membedakan. Jika bunda menolak pernyataan ini, artinya bunda termasuk orang yang tidak bisa menerima kenyataan atau termasuk golongan keras kepala seperti papa.

Tentu saja pernyataan itu langsung disambut protest dari kami berdua (aku dan Luc). Bukan hal yang aneh, jika kami selalu menggoda Luc sebagai orang yang paling keras kepala diantara kami berempat, dan Luc membenarkan.

Yes, Cinta aku setuju tentang itu. Ujar Luc. Tapi tidak se extreme itu. Orang baik tak bisa lah dikatagorikan ada kadar toxic nya, walaupun kadarnya sedikit.

Contohnya apa, kadar toxic yang sedikit itu? Tanyaku memancing obrolan untuk berkembang lebih jauh.

Misalnya, si A bilang bahwa si B kalo makan banyak banget. Ya kita juga tau lah ga perlu dibilang bilang lagi. Ujar Cinta berapi api.

Yeaaayyyy klo itu contoh nya sih menurutku udah termasuk toxic super besar, itu sudah termasuk ngomongin orang yang ga ada urusan nya dengan kita, malahan dari obrolan kecil tersebut bisa muncul fitnah fitnah yang tidak perlu, udah bikin toxic ke kita. Ujar Cahaya dengan santai.

Jadi buang aja ya Cahaya, klo ada temen kayak gitu? Pancingku lagi.

Ahhh bunda, ini pertanyaan nya tentang is everyone a toxic? Bukan urusan pertemanan. Kamu setuju ga bunda?

Nah menurut kalian bagaimana?

Oh ya apa kabar semuanya? I’m back! Mo nulis lagi Insya Allah.

Selamat pagi…..

5 thoughts on “Is everyone a toxic?

  1. Hehe pertanyaan menarik. Kalau menurut saya kembali ke definisi toxic alias “racun” itu sendiri. Racun itu artinya sampai meresap dan mengganggu keseimbangan tubuh. Nah, kalau semua orang itu racun artinya semua orang sudah sampai dibawa perasaan dan mengganggu kehidupan seseorang. Kenyataannya kan nggak begitu. Paling banter kasus beberapa orang yang memang mungkin kata dan perilakunya sampai tertanam dibawah sadar dan mengganggu seseorang.

  2. halo mbak Yayang.. akhirnya ngeblog lagi ya 😀 aku setuju mbak bahwa tiap orang memang membawa ‘racun’ dalam dirinya. tapi racunnya beda2 dan kadarnya pun beda2. caraku untuk memanage ‘racun’ dalam diriku aku mesti rajin meditasi & refleksi melalui jurnaling. Itu membantu banget mengeluarkan ‘racun’ dari diriku. 🙂
    Kalau menurut mbak Yayang sendiri gimana? 🙂

    • Mengeluarkan racun dalam diri? Pertama saat kita sadar bahwa kita punya racun yaitu pada saat kita sedang intropeksi diri. Biasanya sebelum tidur aku suka berdoa, meminta pada Tuhan untuk dihilangkan penyakit hati, salah satunya iri hati, trus minta agar selalu dilapangkan dada dan iklas. Dari permintaan tersebut menurutku itu adalah suatu pengharapan yang jika kita gaung gaungkan dalam hati terus terusan aku akan berusaha untuk mencapainya.

      Eh, ini aku ngomong nya jadi ngalor ngidul😁, intinya aku berharap tak ada racun dalam diri ini😁

Leave a comment