Hari kamis minggu lalu adalah hari terakhir si kembar sekolah sebelum menghadapi long weekend (dari jumat hingga selasa mereka libur, jumat agung, senin-paskah dan selasa-studiedag). Nah udah dari hari kamis dong nuansa liburan segera hinggap dalam benakku, itu artinya aku malas sekali masak! Hingga Luc pulang kantor pun aku masih belum ngapa ngapain di dapur. Aku menawarkan pesan kapsalon yang bisa diantar ke rumah pada anak anak. Entah kenapa si kembar yang biasanya sumringah jika ditawari kapsalon kali ini menolak tegas. Mereka ingin makan di sebrang rumah. Yes! Pergi ke Mac Donald yang tempatnya tepat di depan rumah.
Karena Luc sejak bulan January mengikuti diet low carbo (sudah turun 9 kg) jadi dia hanya makan salad dan minumnya smoothe ukuran besar. Aku pilih chicken wrap mini minumnya kopi, dan si kembar pilih kentang, chieken nugget isi 9 buah dan cheesburger, minumnya smothe arbai ukuran kecil yang ternyata keduanya pesan kembali minuman yang sama. Untuk makan kami berempat menghabiskan uang sebanyak 34 euro (bonnya ilang, belum sempat difoto).
Hari sabtu siang si kembar ada undangan dari temannya, mereka tidak ada di rumah sejak pukul 12 siang hingga pukul 5 sore. Tentu saja kesempatan emas tersebut tidak kami sia siakan untuk pergi berdua dengan Luc tanpa anak anak. Dan permintaan ibu rumah tangga irit sepertiku adalah aku minta ditemani ke pasar Blaak agar bisa beli alpukat murah disana (dan tentunya sedikit shopping hahaha).
Baru satu toko pakaian kami datangi, kami sudah mulai pengat, saking kagetnya begitu banyakk manusia di pusat kota padahal udara saat itu mendung. Jadilah untuk menambah stamina kami mampir ke restaurant Vietnam Little V untuk sekedar minum. Aku memilih kopi biasa, Luc memesan icetea cranberry.
Walau perut tidak lapar tapi setelah melihat menu kami sama sama tertarik untuk makan sesuatu, jadilah aku memesan pho ukuran kecil (tidak ada di menu ukuran kecil tapi di Little V kita bisa memintanya untuk dibuatkan ukuran kecil) sedangkan Luc memesan goi ga salads. Untuk makan minum kami berdua dihargai 20 euro 90 cent belum termasuk tip.
Nah berhubung hari minggu adalah hari pertama paskah dimana kebanyakan pertokoan tutup kecuali toko bangunan dan sebangsanya (karena Paskah di Belanda dikenal dengan hari klussen dag alias hari benah benah rumah) maka kami anteung di rumah saja, mau jalan jalan pakai sepeda, cuaca tidak mendukung karena seharian hujan. Barulah hari seninnya kami keluar rumah, sama dengan kebanyakan orang saat itu kami pergi ke toko tanaman Intratuin kemudian ke toko bangunan Hornbach.
Dan dikedua tempat tersebut sesaknya minta ampun, bahkan saat kami akan ngopi di cafe intratuin, kami terpaksa mengurungkan niat saat melihat manusia berdesakan disana, akhirnya Luc berkata bahwa ngopinya nanti saja di Hornbach yang membuat si kembar kecewa karena mereka benar benar sudah kehausan setelah lari kesana kemari melihat ikan dan kelinci yang dijual disana. Sayangnya sesampainya di Hornbach kantin kecil yang ada di depan pintu masuk sama berjejalnya dipenuhi mereka yang sekedar mengganjal perut. Setelah belanja kapstock di Hornbach, Luc mengarahkan mobil menuju rumah yang diprotes secara embabi buta oleh si kembar, mereka menagih janji untuk diajak ngopi. Echt restaurant, papa! Serunya. Kalu sudah bilang echt restaurant artinya mereka minta pergi ke restaurant yang menyediakan makanan ala barat, ada roti rotian pokoknya.
Dan teriakan mereka bergemuruh saat mobil melewati rumah dan segera di parkirkan ke restaurant tak jauh dari rumah, resaurant Naar Beneden, kesukaan mereka. Dan lagi lagi menu yang mereka pesan tak pernah berubah, satu plank roti untuk Cahaya dan sup tomat untuk Cinta. Aku memesan cemilan Nacho sedangkan Luc (lagi lagi) salad! Minumnya dua susu coklat ditambah wheap cream untuk si kembar, aku (lagi lagi) kopi biasa dan Luc air teh. Semuanya dihargai 39 euro 75 cent belum termasuk tip.
Nah kesimpulanku dari tiga tempat makan yang kami datangi secara hampir berturut turut, juaranya tetap restauran Naar Beneden dari segi harga, rasa dan service. Pengalaman kami datang ke tempat ini belum pernah sekalipun kami kecewa, pelayannya super profesional dan ramah, mungkin karena ini bukan restaurant besar dan bukan berada di kota besar tapi hanya di dusun dekat tempat tinggal kami, tak banyak penduduk disini, bahkan saking kecilnya setiap kami jalan jalan di pertokoan kami bisa saling bersay hello dengan orang yang berpapasan dan pelayan Naar Beneden pun sudah mengenal kami, entah karena seringnya kami mampir kesana atau karena si kembar yang beribukan wanita asia berperawakan mungil, hehehe.
Nomor dua adalah Little V. Harganya paling murah diseluruh restaurant Vietnam di Rotterdam yang pernah saya coba, tempatnya nyaman, tepat di pusat kota (dekat Laurent kerk Rotterdam) dan betul betul disebelah pasar Blaak, tinggal nongkrong disitu saja jika kelaparan abis belanja. Tak heran disitu banyak sekali orang Indonesia yang makan secara berkelompok, seperti tempat ketemuan ibu ibu Indonesia.
Nah seharusnya Mac D lah yang paling murah, tapi setelah diteliti kok rasanya gak juga jika dibandingkan dua restauran diatas tadi. Coba bandingkan saja salad yang dimakan Luc di Mac D seharga 5,75 euro, isinya potongan ayam tanpa rasa beserta daun ijsberg yang dipotong gede gede trus sausnya ya caesar gitu lah sebangsa mayo. Nah salad di little V kan bahannya mahal (papaya atau labu siam) porsinya hampir sama, tampilannya cantik dan pake pelayan (maksudnya dianterin ke meja dan bukan kita yang beresin) harganya hanya 6,5 euro! Dari harga kopi juga ternyata sama. Apalagi jika dibandingkan dengan Naar Beneden, harga minuman disana juara murahnya. Untuk susu coklat betul betul pake butiran coklat yang dicampur sendiri oleh kita. Untuk teh, bukan teh picwik dan sebangsanya yang biasanya berada di kotak teh yang kita pilih sendiri, tapi kita disodori tempat yang tehnya beraneka ragam dan caranya diputar sehingga mirip beras yang keluar dari ‘cosmos’.
Nacho nya juga enak, kejunya banyak, daging cincangnya enak, pokoknya cemilan yang bisa dinikmati kami berempat. Supnya lezat dan itu sudah termasuk dua potong roti.
Nah kalau kalian lebih pilih mana fastfood atau restaurant ‘beneran’?