Ya, sejak tahun ajaran baru tahun lalu si kembar sudah berada di sekolah yang baru. Satu – dua minggu pertama mereka masih bolak balik dari rumah lama ke sekolah baru. Namun akhirnya kami memutuskan mempercepat kepindahan kami ke rumah baru sehingga aku tidak perlu tergesa gesa menjemput si kembar.
Tempat, guru, teman sekelas, juga aturan aturan baru ‘sedikit’ membuat si kembar kewalahan dalam penyesuaian dan parahnya malahan aku yang ‘banyak’ harus belajar dan menyesuaikan diri dengan suasa baru. Tepatnya meminimalisir kekagetan yang datang bertubi tubi.
Ratu Maxima
Hihihi, berlebihan mungkin kalau aku hampir jatuh pingsan, saat mengantarkan si kembar di hari pertama ke sekolah aku melihat sesosok wanita tinggi langsing bersepatu hak tinggi dan bertopi lebar di kelas si kembar. Mimpikah aku, aku melihat ratu Maxima disana? Hah tentu saja bukan! Hanya mirip saja. Dan aku terpesona, begitu elegan dan ramahnya dia saat menyalai tanganku. Kemudian aku melihat deretan orang tua lainnya yang sama sama hampir serapi dan se-netjes dia namun tentu saja tidak bertopi! Dan para ayah hampir semuanya berdasi dan berjas hitam. Persis para sales di Indonesia yang selalu rapi jali.
Saat kami berada di mobil menuju rumah, sedangkan Luc harus meneruskan perjalanan ke kantor, Luc membuka percakapan setelah kami terdiam dalam pikiran masing masing. Bagaimana menurutmu, Yang? Tanyanya. Aku hanya menjawab singkat, jauh berbeda dengan sekolah lama! Dan langsung disambar Luc dengan tawa tertahan… aku merasa salah kostum! Kamu lihat Yayang, mereka memakai sepatu pantofel, pakaian setelan, berdasi. Seperti akan ke pesta pernikahan, padahal kan mereka mau ngantor! Rasanya akulah satu satunya yang bersatu dan berbaju casual. Ah aku beruntung sekali tidak seperti mereka…. Selorohnya dengan tawa yang panjang bertanda lega.
Mandi setelah olah raga
Saat kami mendaftar ke sekolah baru hampir dua tahun sebelumnya, kami sudah diberi tahu bahwa di sekolah ini diwajibkan mandi setelah olah raga berlangsung. Kebetulan di hari pertama adalah jadwal kelas si kembar untuk berolah raga (dua kali seminggu). Pulang sekolah Cinta bercerita bahwa dia merasa tidak nyaman saat harus mandi bareng dengan teman sekelasnya (cewek). Telanjang! Gak pake bilik bilik gitu, ribet harus pake sabun, pake sampo dan harus buru buru. Celotehnya.
Aku melupakan dan tak mempersalahkan penjelasan selanjutnya soal pake sabun, sampo dan harus cepat. Telanjang, bareng bareng tanpa bilik langsung menohok bathinku. Aku curhat pada Luc bahwa aku sedikit risih dengan aturan mandi bareng itu. Yang langsung ditanggapi Luc bukan masalah, lumrah kok, aku juga dulu begitu waktu sekolah dulu, harus mandi setelah olah raga dan Luc juga membenarkan bahwa dirinya pun tidak suka harus mandi sama sama dengan yang lainnya. Malu katanya. Duhhh ingin rasanya aku mengembalikan si kembar ke sekolah yang lama, karena disana tidak diharuskan mandi setelah pelajaran olah raga.
Go to the Camp!
Di Belanda, saat anak anak duduk di groep 7 (kelas 5 SD) dan groep 8 (kelas 6 SD) biasanya sekolah mengadakan kamping. Tiga hari untuk groep 7 dan lima hari untuk groep 8. Di sekolah yang baru pergi kamping sudah dimulai sejak groep 1. What? Ya, sejak TK nol kecil (saat anak anak berumaur 4/5 tahun). Walau untuk groep 1 dan 2 mereka hanya menginap di sekolah saja. Sedangkan si kembar yang sudah duduk di groep 5 (kelas 3 SD) sudah harus menginap selama tiga hari di luar negri pula 🙂 (Belgia). Tentu saja aku sedikit khawatir mengingat mereka belum punya teman yang banyak dan ingin menangis pulang saat tengah malam hahaha, kok jadi emaknya yang penuh drama. Untunglah kekawatiranku sedikit terobati saat orang tua murid yang mewakili kami ikut kamping mengirimkan beberapa foto di grup whats aap interen kelas kami, aku bisa melihat si kembar yang tersenyum disana.
Suprise
Aku baru mengenal suprise di sekolah yang baru. Ini acara tukar kado saat Sinterklaas tiba. Hadiah harus disembunyikan di dalam kerajinan tangan yang dibuat si anak, orang tua boleh membantu dalam membuat suprise, biasanya suprisi disertai sebuah puisi tentang si penerima suprisi. Kata Luc kadang isi puisinya hal yang lucu atau cenderung memalukan. Setelah si kembar menerima kertas kocokan untuk siapa suprise tersebut diberikan mereka memutuskan membuat tongkat hokey dan kotak sneaker setelah melihat hobi dari si empunya kertas kocokan. Luc sama sekali tidak tertarik membuat project tersebut, jadilah diriku yang terbata bata membantu si kembar. Aku cukup bangga dengan hasil yang kami buat, dan betapa terkejutnya saat aku tiba di sekolah saat melihat apa yang dibuat anak lain untuk suprise project mereka. Ada Olaf yang tingginya sepantar dengan diriki, hahaha!
Bedah buku
Di sekolah baru juga si kembar mulai mengenal bedah buku, tahun lalu di sekolah lama mereka belum mengenal bedah buku, disini untuk pertama kalinya si kembar harus memilih satu buku yang mereka suka, kemudian mempresentasikan buku tersebut di depan teman sekelasnya secara singkat, kemudian mereka akan dihujani pertanyaan dari teman sekelasnya seperti mengapa kami harus membaca juga buku tersebut, apa keistimewaannya, apa manfaat dari buku tersebut dan lain lainnya. Jadwal bedah buku tersebut ada setiap minggunya selama satu tahun ajaran, anak anak sudah diberi jadwal kapan giliran mereka untuk maju ke depan. Cinta memilih buku Heni de hek, sedangkan Cahaya memilih buku Tini. Keduanya mendapat pujian dari sang guru saat selesai presntasi dan keduanya pula mendapatkan kritikan dari audiens karena memilih buku yang menurut mereka kekanak kanakan dan kurang ilmiah. Aku menghiburnya saat mereka menceritakan hal itu, mungkin nanti kamu harus mempresentasikan wayang poerwa, parikesit, perang bratayuda, nakula sadewa dan lain lainnya biar mereka mabok sekalian, hihihi.
Hockey girls!
Aku hampir terbelalak saat mendengar cerita si kembar bahwa mereka termasuk tiga orang di dalam kelas yang tidak ikut club hockey. Dulu kegiatan mereka sepulang sekolah adalah ikut klub senam dan koor (menyanyi). Kini si kembar hanya ikut senam saja itupun masih datang ke tempat yang lama setiap hari jum’at pukul 6 sore. Aku mencoba mendaftarkan mereka ke klub musik di sekitar rumah, namun kami mundur teratur saat menerima biaya yang harus dikeluarkan untuk dua orang anak. Untunglah walaupun mereka tidak ikut menyanyi lagi, mereka tetap hobi bernyanyi dan itu membahagianku melihat mereka selalu bernyanyi bersama.
Di jalan menuju rumah kami, ada sebuah bunderan besar yang dijadikan tempat nongkrong para hockey girls tersebut, mereka biasanya saling menunggu di bunderan dan bersama sama pergi ke tempat latihan menggunakan sepeda, gayanya enak dilihat mata, persis gadid gadis di buku komik nina yang aku baca dulu. Para gadis berambut pirang ber-rok pendek, menggunakan kaos kaki tebal diatas lutut dan menyelendangkan tongkat hockey lengkap dengan tas olah raga besar mereka, kadang tas nya disimpan di keranjang sepedanya.
Keranjang kado
Akhirnya ada juga yang mengundang si kembar ke pesta ulang tahun di sekolah yang baru. Hampir sama dengan di sekolah yang lama biasanya orang tua si anak yang akan berpesta membuatkan grup Whats App untuk memudahkan komunikasi saat penjemputan atau pengantaran anak ke rumah masing masing, biasanya ada orang tua lain yang bersedia membantu si penyelenggara ultah dalam hal transportasi. Nah saat aku diinvite ke grup yang ultah tersebut, si penyelenggara selain memberi tahu aturan transportasi juga menyertakan kata kata bahwa si A anaknya yang berulang tahun ‘menyediakan/memberikan’ keranjang kado di sebuah toko mainan. Kalimatnya yang terkesan janggal membuatku menyodorkan chat tersebut pada Luc. Sama seperti halnya aku, diapun tak mengerti, dia malah menyuruhku menanyakan pada si pemberi kabar tersebut apa maksudnya. Aku menunggu beberapa hari, melihat adakah pertanyaan dari orang tua lainnya, mengenai keranjang tersebut. Tapi tak ada yang bertanya hingga hampir seminggu kemudian. Pertanyaannya singkat saja. Apakah sekarang keranjangnya sudah tersedia di toko tersebut? Yang langsung dijawab ya oleh si penyelenggara acara.
Akhirnya dengan modal nekad, aku membawa si kembar ke toko mainan yang dimaksud dan langsung bertanya pada kasir yang ada disana apa yang dimaksud dengan keranjang kado. Si kasir tersenyum dan segera menyuruh diriku untuk mengikuti langkahnya ke bagian belakang toko, sambil bertanya siapa nama si anak yang berulang tahun dan kapan dia berulang tahun. Akhirnya aku melihat tumpukan keranjang yang masing masing telah diberi nama si yang berulang tahun dan juga tanggal pestanya. Si kasir menurunkan satu keranjang, sambil berkata bahwa kami boleh memilih salah satu dari kodo kado tersebut untuk kami beli dan kemudian diberikan pada yang berulang tahun. Aha, mengertilah aku. Kebiasaan disini adalah bertanya kado apa yang diinginkan yang berulang tahun, biasanya aku bertanya pada si ortu yang akan berulang tahun, namun kini aku tak perlu bertanya lagi, si yang berulang tahun telah menyiapkan kado yang dipilihnya sendiri dan kami tinggal membayarnya. Praktis!
Pamer Foto
Dulu saat sikembar berumur satu sentengah tahun, mereka pernah masuk kinderophang sebentar karena aku ikut imburgering cursus dan kjuga karena Luc merasa aku butuh santai sesaat tanpa harus mengurus si kembar terus menerus. Saat mengisi formulir aku disodorkan pernyataan apakah kami bersedia/tidak jiga foto si kembar tertangkap kamera dengan sengaja atau tidak sengaja disebar di media (elektronik ataupun yg lainnya). Kami berdua sama sama tidak keberatan, selama foto yang terunggah foto yang wajar. Hal baru tersebut menambah ilmu buatku bahwa aku tidak boleh memposting foto anak lain secara sembarangan, dan pernyataan tertulis tersebut terulang saat si kembar masuk play grup saat 2 tahun, masuk kegiatan menari saat 3 tahun, masuk SD saat 4 tahun, kini kami sudah terbiasa.
Nah disekolah yang lama, aku menikmatti setiap kegiatan sekolah dari foto foto yang diunggah pihak sekolah di media sosial, melihat anaka anak yang bersuka cita saat diberi pengarahan tentang menyelamatkan diri saat kebakaran, lengkap dengan petugas pemadam kebakaran dan mobil pemadam kebakaran, mereka menyemprotkan air dari danau yang ada di sisi sekolah seru. Atau dokter hewan yang membawa anjing dan kucing ke kelas. Saat drama di sekolah. Saat berenang atau senam di sekolah. Semuanya lengkap dengan ulasan dan kadang aku melihat wajah dari si kembar atau anak yang lain.
Berbeda dengan sekolah yang baru, identitas dari semua murid seperti dijaga dengan baik. Foto yang bermunculan di internet adalah wajah para petugas di sekolah (guru), tak satupun foto yang memperlihatkan wajah si anak, hanya bagian punggung yang tengah mengelilingi api unggun saat kamping berlangsung, itupun dari jarak yang jauh, atau hanya tangan yang sedang sibuk membuat robot, atau buku yang tengah mereka baca. Mungkin ini adalah cara yang baik, sehingga semua pihak belajar untuk bijak dalam memposting foto anak orang lain ataupun anak sendiri. Aku setuju walau aku kehilangan mengintip kegiatan si kembar di sekolah.