Ibu Mertua

Setelah menikah akhirnya aku punya ibu mertua juga.
Cerita tentang ibu mertua sudah menjadi cerita yang sepertinya bagai gelombang samudra yang bisa tenang dan bergelora.
Saat aku masih berada di Indonesia, aku selalu menjadi orang yang mendengarkan cerita tentang ibu mertua ini dari beberapa teman kerjaku dulu, rasanya ada saja salah satu yang bercerita tentang tingkah polah ibu mertuanya. Hampir bisa ditarik kesimpulan walaupun mereka kadang kesal dengan ucapan ibu mertua tapi mereka semua sepertinya sayang pada ibu mertua ini. Kadang kalau sedang kesal tingkat tinggi pada si ibu mertua, aku hanya bisa menenangkan mereka sambil berkata, seharusnya kalian juga merasakan seperti apa ibu mertua terhadap kalian, mungkin saja mertua pun merasa kalian menantu menyebalkan. Yang langsung disambut huuuuuuuuuuhhhhhh panjang dari teman kerjaku, sambil menjawab, kamu belum tau rasanya punya mertua.

Oeps! Memangnya bagaimana rasanya punya mertua?

Dalam keluargaku akulah satu satunya anak perempuan diantara tiga anak laki laki. Jadi ibuku adalah ibu mertua dari tiga menantu perempuannya. Selama aku di Indonesia kedua kakakku sudah menikah jauh sebelum aku (ya aku yg terlambat menikah) rasanya tak ada keluhan dari kedua menantu ibuku ataupun dari ibuku sang mertua. Mereka semua terlihat baik baik saja.

Namun setelah aku tinggal jauh dari Indonesia, sedikit sedikit aku mendengar curhat dari ibuku tentang menantu mereka, dari curhat ibuku ternyata aku malah membela sang menantu ibuku. Hahaha. Apa sih yang dicurhatkan ibuku? Biasanya tentang rumah yang berantakan,  terlalu keras atau terlalu lemah pada cucu ibuku. Seputaran itulah. Tapi ibuku selalu tak lupa memuji mereka jika mereka berada diatas standar yang diharapkan ibuku.

Kini aku di Belanda, punya teman dekat yang mempunyai ibu mertua yang menurutku pendiam. Dan temanku selama bertahun tahun tak pernah bercerita tentang ibu mertuanya itu hingga beberapa waktu yang lalu dia berkeluh kesah juga dan menyampaikan bahwa dia iri sekali padaku yang mempunyai ibu mertua yang jauh sehingga si ibu mertua tak banyak mencampuri kehidupan rumah tanggaku.

Angela. Dia adalah mertuaku. Aku berbicara padanya satu hari setalah aku tiba di Belanda untuk tinggal permanen. Artinya beberapa bulan setelah pernikahan di Indonesia. Dia tak datang pada pernikahan kami. Konon dia hanya memberikan restunya (dan sumbangan untuk biaya resepsi) saja. Satu hari setelah datang ke Belanda, aku menerima buket bunga yang sangat cantik, sesaat setelah menerima buket itu aku meminta suamiku untuk menyambungkan telepon untuk berbicara dengan ibunya, sebagai ucapan terma kasih. Dan meneleponlah aku ke Portugal dimana ibu mertuaku tinggal. Dia mengundang kami untuk mengunjungi vilanya di Portugal. Maka sibuklah kami menyiapkan liburan kesana yang kemudian harus ditunda karena aku tiba tiba hamil dan kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk terbang.

Pertemuan pertama dengan Angela terjadi saat aku tak sadarkan diri di rumah sakit. Dia datang dari Portugal untuk mengambil kedua anak kembar kami dari rumah sakit sebelum mereka diberikan pada foster parent karena ketidakmampuan kami untuk merawat mereka. Saat itu aku terbaring di rumah sakit, suamiku memutuskan merawatku dan menyerahkan perawatan anak anak kami pada rumah sakit dimana rumah sakit akan mencari orangtua sementara untuk Cinta dan Cahaya. Angela datang pada saat yang tepat untuk menjadi orang yang bertanggung jawab atas anak anak kami.

Untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Angela saat aku hanya bisa sedikit berkomunikasi (saat aku sakit suaraku sempat hilang) hal yang aku katakan padanya adalah perutku gendut sekali, kataku sambil mengusap perutku yang masih gendut tapi tak ada Cinta dan Cahaya disitu. Dan Angela menjawab dengan cepat, tapi kamu masih wanita tercantik seantero dunia, sahutnya. Di ujung tempat tidur Luc tersenyum trenyuh. Baru dikemudian hari saat aku dan suamiku mengingat pertemuan pertama antara aku dan Angela, kami berdua selalu tersenyum getir. Masa masa tersulit yang pernah kami lalui.

Orangtuaku datang dari Indonesia untuk membantu merawat diriku, saat mereka kembali ke Indonesia kata kata ibuku padaku adalah, kamu beruntung punya ibu mertua yang sangat baik, ibuku berkata tentang besannya bahwa dia wanita yang luarbiasa.

Sembilan bulan kemudian kami berempat melanjutkan rencana kami untuk mengunjunginya di Portugal, jika dulu kami berencana datang berdua, kini kami datang berempat. Di saat liburan itulah aku mengerti mengapa ibuku berkata demikian tentang Angela. Ya dia super baik pada diriku. Dia menjaga Cinta dan Cahaya, membiarkan kami pergi saja berdua padahal saat ibu si kembar masih bayi umur 9 bulan. Dia mencucikan baju baju kami dan yang lebih kaget lagi dia menyetrikakan baju baju kami juga.

Setelah kedatangan kami yang pertama kami mengulanginya selalu setiap tahun, dan perlakuannya pada kami tak pernah berubah. Rumor yang aku dengar dari suamiku sendiri bahwa ibunya termasuk orang yang bisa sedikit ikut campur pada urusan rumah tangga anak anaknya tak terbukti pada diriku. Perang dingin antara Angela dan menantu satunya lagi (istri dari adiknya Luc) tak pernah bisa aku mengerti. Ibuku memberikan jawaban yang membuat hidungku mengembang, karena kamu juga baik. Hahaha. Apakah begitu?

*****

Sejak Cinta dan Cahaya berusia dua tahun mereka sudah masuk sekolah. Di tahun kedua sekolah playgroup itu Cahaya mempunyai sahabat namanya Daisy. Mereka masuk sekolah dasar yang sama saat mereka berusia empat  tahun. Daisy masuk tiga bulan lebih awal dibandingkan Cahaya karena dia berusia tiga bulan lebih tua dari Cahaya. Di Belanda anak anak akan masuk Sekolah Dasar tepat pada umur 4 tahun, kapanpun mereka berusia empat tahun maka mereka akan masuk SD. Maka tak heran murid baru bisa datang kapan saja. Persahabatan Cahaya terjalin hingga kini. Tapi tak pernah sekalipun aku melihat Daisy diantarkan oleh ibunya, selalu oleh ayahnya atau neneknya atau orang lain yang aku tau adalah masih kerabat Daisy. Aku tak pernah bertanya pada Daisy jika Daisy bermain di rumah kami tentang ibunya. Barulah setelah Cahaya bercerita bahwa ibunya Daisy kini tinggal dirumahnya setelah lama tinggal di rumah sakit, tapi dia tidak bisa berjalan, Cahaya bilang dia duduk di kursi roda yang keren yang bisa berjalan sendiri.

Mendengar cerita Cahaya aku menebak nebak apa yang terjadi dengan ibunya Daisy. Aku tak pernah melihatnya dia menjemput aatau mengantar anaknya ke sekolah. Setiap ke sekolah Daisy selalu diantar ayahnya dan pulangnya dijemput neneknya yang selalu mendorong kereta bayi kembar yang berisi dua bayi perempuan lucu. Kini bayi lucu itu sudah berusia tiga tahun dan sudah sekolah di playgroup. Cahaya bilang bayi kembar itu adalah adiknya Daisy. Mungkinkah ibunya Daisy sakit seperti diriku? Sakit karena melahirkan bayi kembar?

Aku adalah orang yang didatangi banyak dokter setelah aku sembuh, sebagian dari mereka tak percaya bahwa aku bisa sembuh hingga kini. Setiap aku datang control dokter yang menanganiku selalu menyalamiku dengan ucapan awal “hallo superwomen”, kata kata seperti itu selalu dia katakan setiap memeriksaku….hingga kini!

Sekitar satu bulan yang lalu aku melihat ibunya Daisy untuk pertama kalinya, dia datang menjemput anak anaknya didampingi suaminya, menggunakan kursi roda. Beberapa orangtua yang lainnya menyalaminya, tentunya mereka yang saling kenal. Aku baru berbicara beberapa hari setelahnya. Saat itu Cahaya diajak merayakan ulang tahun Daisy di sebuah tempat hiburan anak, hanya Cahaya saja. Saat aku menjemput Cahaya dari rumah Daisy, untuk pertama kalinya aku berbicara dangan ibunya Daisy, Chantal. Dia berkata bahwa Cahaya anak yang baik dan dia berkata bahwa di senang bisa melihat Daisy having fun bersama Cahaya.

Kemarin sore, Daisy bermain ke rumah kami. Tiba tiba saja aku teringat ucapan Cahaya bahwa Daisy pernah masuk TV. Aku bertanya padanya dalam acara apa? Daisy tak bisa menjelaskan secara detail nama acaranya, dia hanya menyebutkan ada di TV SBS6, Channel nasional Belanda. Daisy hanya menyebutkan bahwa dia memberikan kejutan untuk ibunya  dengan menanam pohon yang diberi nama Joey, Daisy, Abby dan Jessy.

Kemudian aku bertanya pada Daisy, apakah ibunya berada di rumah sakit setelah dia melahirkan Abby dan Jessy? Daisy mengangguk. Aku terdiam teringat lukaku sendiri. Kemudian aku mencari informasi di internet, aku berhasil menemukan cerita tentang mereka di koran lokal. Dan airmataku membanjir saat membaca ceritanya.

Chantal ibu dari empat orang anak perempuan berusia 7, 5 dan 3 tahun didiagnosa leukimia akut sesaat setalh melahirkan. Berada di ruang isolasi lebih dari setengah tahun, menjalani beberapa pengobatan dan kemo, setelah berkali kali berada dalam kondisi hampir dinyatakan meninggal. Berkali kali! Kasusku, aku dinyatakan dua kali dalam posisi nyaris meninggal. Tidak berkali kali seperti kasusnya ibunya Daisy.

Kini dia diperbolehkan keluar dari rumah sakit hanya untuk memberikan untuk menikmati sisa hidupnya bersama anak anaknya, sehingga dia bisa melihat anak anaknya disaat saat terakhirnya. She is dying! Suprise suprise acara yang dimotori Henny Huisman salah satu presenter terkenal di Belanda, mendokumentasikan kehidupan Chantal. Dia memberikan kursi roda baru bagi Chantal yang didekorasi oleh keempat anaknya, kemudian dia dibawa dengan menggunakan bus yang berisi keluarga terdekatnya ke sebuah tempat, diaman akan ditanam empat buah pohon yang diberi nama keempat anaknya. Tempat tersebut adalah tempat yang selalu dihabiskan oleh suami Chantal untuk membawa keempat anaknya setelah mereka menengok Chantal di rumah sakit. Di tempat itu Chantal ingin keempat anaknya mengingat dirinya.

Aku melihat film tersebut (dari uitzending gemist) dengan mata bercucuran, sama seperti Chantal yang bercucuran saat melihat suami dan keempat anaknya menanam pohon secara simbolis. Kemudian suaminya dan beberapa kerabatnya mengucapkan beberapa kata mengenai Chantal. Mijn inspiration, superwomen, sterk vrouw, dan lain lain.

Kemudian Chantal yang berkata, bahwa dia sangat berterima kasih pada seluruh keluarganya atas dukungannya hingga saat itu dan terakhir dia berkata, terima kasih pada ibu mertuaku yang telah menjada anak anakku………..

Ibu Mertua! Omanya Daisy yang selama ini mendorong kereta kembar Abby dan Jessy, yang selalu menjemput Daisy dan kakaknya dari sekolah, yang memijit bel rumah kami untuk menjemput Daisy saat dia selesai bermain di rumah kami adalah ibu mertua Chantal.

Kematian adalah milik semua mahluk hidup. Tak ada seorangpun yang tau kapan saat itu akan datang, tak dapat dibayangkan bahwa kini aku mengenal seseorang yang sedang menikmati saat saat kebersamaan bersama anak anaknya. Tiba tiba perkataan dokter setiap kami bertemu ‘hallo superwomen’ kini tak ada artinya lagi buatku, aku tak sekuat Chantal, apa yang terjadi pada diriku jika aku dinyatakan tinggal menunggu hari saja?

Tapi diatas semua itu, bukankah kita semua sama dengan Chantal….. menunggu saatnya tiba

Aku melirik pada buku friendship kepunyaan Cahaya, disitu Daisy menulis (orang dewasa di rumahnya tentunya yang menuliskannya)…. semoga persahabatan kita abadi selamanya…………

Cinta Cahaya bersama Daisy 9 juni 2015

Cinta Cahaya bersama Daisy
9 juni 2015

32 thoughts on “Ibu Mertua

  1. Terharu banget mbacanya Mbak, apalagi pas bagian ceritanya Chantal *ikutan mewek*
    Mbak Yayang beruntungnya dapat ibu mertua yang baik dan cocok sm Mbak Yayang ya. Seneng denger ceritanya ttg sakitnya Mba sampe sembuh lagi juga *perasaan jadi makin kenal deket* 🙂

  2. Euleuh ibu yayang.., abdi tos seep tisu segepok ieu..gimanaaaa ini berurai air mata terharu euy..hiks..hiks.. Semoga kamu dan keluarga selalu diberkahi kesehatan dan kesejahteraan ya.. Big hugs

  3. baca ceritanya Chantal betul2 terharu, menitihkan air mata, kasian ya anak2nya mbak, ceritanya benar2 memotivasi kita yang masih diberi kesehatan ini agar tetap bersyukur dengan apa yang di punya, tidak banyak mengeluh :(. makasih sudah berbagi cerita mbak Yayang, mudah-mudahan kita semua tetap diberi kesehatan dan umur panjang.
    masalah ibu mertua pengalaman saya krn tidak tinggal satu negara jadi pas ketemu emang gak banyak masalah, waktu saya liburan kemarin ibu mertua bahkan yang selalu ngerapiin tempat tidur kami, gak oernah membiarkan saya ngelaluan apapun, semua dia lakukan sendiri 😀

  4. Kalian semua adalah perempuan-perempuan hebat. Bisa menjalani rasa sakit dan penderitaan sejauh ini tapi tetap tegar dan bisa terus tersenyum melihat putri-putri kecil itu bermain dan ikut tertawa lebar, maka saya sudah tak tahu pujian apa lagi yang pantas untuk kalian yang sudah sangat kuat menjalani kehidupan di dunia ini, dengan segenap masalahnya *ikutan terharu*. Dan mungkin, keharuan ini bukan karena sedih dengan membaca cerita ini, melainkan bahagia karena ternyata, di dunia ini, masih ada orang-orang kuat yang membuktikan bahwa hanya dengan menjaga api harapan untuk tetap hidup, keajaiban masih bisa terjadi :)).

    Sangat sangat menginspirasi! Astaga, saya bersyukur sekali bisa membaca cerita ini dari awal sampai selesai. Jadi berpikir, alasan apa lagi yang pantas bagi saya untuk mengeluh tentang kehidupan, di saat orang-orang yang jelas mendapatkan cobaan yang ribuan kali lebih berat dari saya saja bisa lebih tegar?

    Terima kasih sudah berbagi, Mbak :)).

  5. ya ampun aku terharu bgt mba baca kisahnya, sampe menitiskan air mata.. sedih bgt mba, kalian berdua itu supermom .. semoga diberikan kesehatan selalu ya mba ..

  6. Pingback: Drama kumpul bocah (Sauna Party) | The days of Yayang

  7. wah mba, sedih banget ceritanya ya. masuk ke blog mba, yg aku baca langsung yg ini dan … *hiks*. aku blm menikah, tp mama di rumah sdh jd ibu mertua. pikir2x gak jauh beda mamaku sm mertua mba. semoga suatu hari nanti bisa jd ibu mertua yg baik bagi menantu2xku 🙂 . wow … ini cerita, sedih bangets mba !

Leave a reply to Puji Cancel reply